Sya’ban Bulan Mulia Terhimpit Dua Bulan Mulia

 

Rukyatul Hilal untuk menentukan awal bulan Qomariyah (google.com)

Oleh M. Faqih Bramasta

Bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan mulia dalam islam dimana ia disandingkan dengan ketiga bulan haram lain, yakni Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharrom. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S. at Taubah ayat 36 bahwa Allah Swt. menciptakan 12 bulan dalam satu tahun, dimana dari kedua belas bulan tersebut terdapat empat bulan harom.

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ 

”Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”

Sebagaimana ketiga bulan lainnya, banyak sekali peristiwa besar terjadi dalam Bulan Rajab ini. Mulai dari peristiwa Isra’ Mi’raj yang dijadikan sebagai obat penghilang kesedihan atas ditinggalnya Rasulullah Saw. oleh istri tercinta Sayyidah Khodijah dan sang paman Abi Tholib yang senantiasa menjaga Rasul kapanpun dan dimanapun berada. Selain menjadi obat pelipur kesedihan, Isra’ Mi’raj juga menjadi sarana disyariatkannya shalat lima waktu, dimana dengan disyariatkannya shalat tersebut sekaligus menjadi buah tangan bagi umatnya selepas Rasulullah Saw. bertemu dengan Allah Swt. 

Kemenangan Perang Tabuk umat muslim atas Romawi juga turut menghiasi peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam Bulan Rajab, dimana Rasulullah Saw. membawa 30 ribu pasukan dan menempuh perjalanan yang sangat jauh dari Madinah hingga Syam. Melihat jumlah pasukan yang dibawa Rasulullah sebegitu banyaknya, pasukan Romawi lebih memilih untuk melarikan diri dan mengakukui kekalahan mereka. Tidak cukup sampai disitu, kelak pembebasan Baitul Maqdis juga akan terjadi pada Bulan Rajab, tepatnya pada tanggal 27 Rajab tahun 583 Hijriah di bawah kepemimpinan Shalahuddin al Ayyubi, yakni seorang jendral muslim yang gagah dan pemberani.

Namun tampaknya waktu begitu cepat berlalu, hingga kita tidak menyadari bahwa Bulan Rajab telah pergi meninggalkan kita semua dan kini telah tiba bulan baru yang tidak kalah mulia, yakni Bulan Sya’ban. Dalam penamaanya, terdapat beberapa versi sebagaimana dalam Mukodimah Risalah Maadzaa Fii Sya’baan, Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas al Maliki al Makki al Hasani menuturkan bahwa dalam bulan ini akan menjadi bercabang dan terpancar bermacam – macam kebaikan. Dimana dalam bulan ini banyak sekali option kebaikan yang dapat dilakukan oleh umat muslim, seperti meningkatkan tadarus Aluran, qiyamul lail, merutinkan puasa puasa sunnah dan masih banyak yang lainnya. 

Selain itu, dikatakan juga bahwa Sya’ban merupakan musytaq dari term al Syi’b yang berarti jalan di gunung dan juga jalan kebaikan. Artinya bulan Sya’ban ini akan menjadi jalan yang baik ketika melewati terjal dan curamnya kehidupan sehingga kita tidak terpleset kedalam jurang kemaksiatan dan dapat mencapai Bulan Ramadhan dengan membawa kebiasaan yang baik. Sya’ban juga diartikan oleh sebagian kalangan dengan al Sya’b yakni senada dengan term al Jabr atau memperbaiki, yaitu pada bulan Sya’ban ini Allah akan memperbaiki para hati yang patah lagi rusak. 

Kehancuran hati disini memiliki dua makna, makna negatif dan juga makna positif. Makna negatif dari hati yang rusak adalah mereka yang senantiasa menghiasi kehidupannya dengan banyak melakukan kemaksiatan, sehingga hatinya banyak noda – noda hitam. Mereka yang memiliki hati bernoda, pada bulan ini harus bertaubat dan kemudian oleh Allah Swt. akan dibersihkan kotoran – kotoran yang menempel dalam relung hati mereka. Adapun makna positif yang dapat kita ambil adalah adanya rasa rindu terhadap bulan suci Ramadhan. Dimana rasa rindu dalam hati terus mengganggu menimbulkan ketidak nyamanan dalam hati mereka rasanya ingin sesegera mungkin untuk bertemu yang dirindukan. Merekalah orang – orang senantiasa berloma – lomba dalam kebaikan dan golongan yang akan dijauhkan dari panasnya api neraka karena suka citanya atas kedatangan Bulan Ramadhan. Untuk mengobati hati yang rindu, pada Bulan Sya’ban ini mereka semakin giat melakukan kebaikan - kebaikan untuk menyambut sang pujaan hati adakalanya dengan membersihkan diri ada juga dengan meningkatkan kualitas ibadanhnya. Oleh karena itu Allah akan menenangkan hati mereka dari hingar bingar keduniaan sehingga kelak di saat Bulan Ramadhan tiba mereka semakin mesra.

Tidak cukup berhenti disitu saja sebagaimana dua bulan mulia sebelum dan sesudahnya, Bulan Sya’ban ini merupakan bulan yang luar biasa dimana gelimang keberkahan di dalamnya bukan menjadi rahasia lagi. Ahmad Musthofa al Maroghi dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa berkah adalah al ziyadah hissiyyah kaanat aw ‘aqliyah, yakni bertambahnya -kebaikan- seksualitas dan mentalitas. Sedangkan menurut Imam Al Ghozali ialah ziyadah al khoir, yaitu bertambahnya kebaikan. 

Artinya dalam Bulan Sya’ban ini begitu banyak peluang utuk memperbaiki diri agar bertambah baik, adakalanya dari segi seksualitas atau dhohir maupun mentalitas atau batin. Oleh karena itu, Allah menyebarkan kebaikan – kebaikan kepada hambanya sebagai suatu peluang untuk meng-upgrade kepribadian masing – masing yakni dengan berkompetisi dalam hal kebaikan. Sebagaimana dalam risalahnya, Sayyid Mohammad bin Alwi bin Abbas al Maliki al Makki al Hasani mengisyaratkan bahwa Bulan Sya’ban ini dijadikan oleh Allah Swt. sebagai waktu dan gelanggang untuk berlomba, berpacu, balapan dalam melakukan amal – amal kebaikan.

Lanjut, bahkan saking mulianya Bulan Sya’ban ini, Allah akan memberi balasan yang sepadan bahkan lebih bagi mereka yang bertaubat dalam Bulan Sya’ban yakni berupa ketenangan dan kepuasan batin sebagaimana kepuasan dhohir ketika mendapatkan satu bagian dari ghonimah terbaik dan terbesar. Selain itu bulan ini juga dijadikan sebagai suatu tempat yang dapat memberikan kententraman bagi mereka yang mau bertaubat. Allah Swt. juga berjanji barangsiapa bertakwa dalam Bulan Sya’ban, niscaya ia akan mendapatkan balasan yang besar seperti pembesar para saudagar yang meraup banyak sekali laba. Dengan demikian tidak hanya dalam hal ketakwaan saja yang akan mendapatkan balasan, melainkan upaya tazkiyatu al nafs juga akan mendapatkan balasannya sediri di sisi Allah Swt. 

Selain kemulian – kemulian di atas, bulan Sya’ban juga harus dijadikan sebagai suatu peluang untuk membiasakan diri untuk bersungguh – sungguh  dalam ber-amar ma’ruf nahi munkar. Pada saat inilah kesempatan kaum muslim untuk menjadi lebih baik begitu lebar, namun tidak berarti pada waktu lain peluang ini menjadi sempit. Apapun bentuk kebaikan baik terhadap Allah Swt. maupun terhadap sesama itu sama saja akan memperbaiki dan membentuk akhlakul karimah. Dengan akhlak yang baik lagi terpuji akan mengantarkan umat muslim untuk beribadah secara maksimal dan sempurna dalam Bulan Ramadhan. Sebagaiamana diketahui bahwa ibadah puasa tidaklah berarti ketika ternodai dengan akhlakul madzmumah atau akhlak buruk lagi tercela, seperti berbohong misalnya. 

Oleh karenanya benar sekali ketika para ulama mengatakan bahwa Bulan Rajab dijadikan sebagai bulannya menanam. Artinya bulan tersebut merupakan waktu menanam semangat – semangat beramal baik dan mencegah melakukan amal buruk yang kemudian dilanjutkan dalam tindakan. Ketika semangat sudah terpatri, sedikit demi sedikit amal baik mulai tumbuh, maka pada Bulan Sya’ban inilah waktunya untuk memberi pupuk dan merawatnya jangan sampai layu apalagi mati. Sehingga benih – benih amal kebaikan terus tumbuh dan berkembang menjadi pola kebiasaan yang baik hingga tibalah waktu panen, yakni Bulan Ramadhan. Apa yang akan diperoleh pasca memanen tanaman amal tersebut, ialah ringan dalam melakukan amal kebaikan dan tentu menjadi memiliki akhlakul karimah. 

Atau bisa juga Bulan Rajab dijadikan sebagai bulan Takhalli, yakni dimana seluruh perilaku perilaku tercela mulai kita dibuang jauh – jauh. Dalam bulan rajab inilah kesempatan kita untuk mulai mengosongkan diri yang kemudian akan diisi dengan hal - hal kebaikan, yakni Bulan Sya’ban. Pada Bulan Sya’ban inilah kita mulai mengisi diri kita dengan hal – hal yang baik, atau bisa kita sebut dengan Bulan Tahalli. Adapun amal kebajikan yang dapat dilakukan untuk menghiasi diri kita banyak sekali, sebagaimana dalam lanjutan mukaddimahnya Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas al Maliki al Makki al Hasani menuturkan dalam bentuk pemantik “mengapa umat muslim merayakan bulan sya’ban dan ada apa di dalamnya?”,. 

Lantas amal perbuatan apa saja yang dilakukan umat muslim dalam sebagai salah satu bentuk merayakan Bulan Sya’ban?, yaitu kaum muslim sangat bersungguh – sungguh dalam bertaubat, beribadah dan bertakwa agar diterima oleh Allah Swt. Mereka juga melakukan amal – amal kebaikan dalam semua bentuknya, senantiasa menghidupkan hati sepanjang Bulan Sya’ban dengan cara memperbanyak berdzikir kepada Allah Swt., ziyarah makam Rasulullah Saw. dan orang – orang shaleh, meramaikan rumah – rumah Allah Swt. dengan mendirikan sholat di dalamnya, berthowaf dan juga umroh. Semua amal kebaikan tersebut dapat kita lakukan namun tentu dengan catatan sesuai kadar kemampuan kita, karena sesungguhnya ajaran agama islam tidak memberatkan. Baru setelah itu kita sampai pada bulan Tajalli yakni Bulan Ramadhan. Pada bulan inilah kita akan mendapatkan apresiasi dari nilai – nilai tuhan yakni terpancar energi ketuhanan dari diri kita karenan memang Allah Swt. telah menampakan pancarannya dalam diri kita. Minimal kita akan menjadi orang yang tidak grusah – grusuh dalam menyikapi persoalan serta akan merasa lebih ringan dalam melalui serangkaian ibadah di Bulan Ramadhan. Atau bisa jadi lebih dari itu yakni kita diberikan ma’unah oleh Allah bahkan bisa sampai tingkatan karomah. 

Dengan demikian, mari kita senantiasa beramal saleh dengan beraneka macam bentuknya dan sebisa mungkin mencegah kemunkaran sebagai salah satu bukti kesungguhan kita dalam menyambut datangnya bulan Romadhon. Tidak lupa juga untuk berdoa kepada Allah Swt. sebagaimana doa para ulama, Allahumma Baaroklanaa fi Rojaba wa Sya’bana wa Ballighnaa Romadlon. Wahai Allah, berikanlah limpahan berkah kepada kami dalam Bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah, pertemukanlah kami dengan Bulan Romadhon. Wallahu A’lamu bi al Showab.

Yogyakarta, 16 Maret 2021, 00.05 WIB

Posting Komentar

0 Komentar